Film La Tahzan Cinta hadir dengan cerita yang dekat dengan kehidupan nyata, terutama fenomena perselingkuhan yang kerap menghiasi linimasa media sosial. Terinspirasi dari kisah viral, film ini mencoba mengupas bagaimana cinta, dosa, dan luka bisa merusak sekaligus mengajarkan makna kehidupan.
Cinta yang Ternoda Perselingkuhan
Kisahnya berpusat pada kehidupan rumah tangga seorang wanita bernama Aisyah. Ia digambarkan sebagai sosok istri setia, yang mengorbankan banyak hal demi kebahagiaan suaminya, Farid. Namun, di balik keharmonisan yang terlihat dari luar, Aisyah justru harus menelan pil pahit: suaminya menjalin hubungan terlarang dengan wanita lain.
Konflik semakin pelik ketika Farid tidak sekadar berselingkuh, tetapi juga berbohong, memanipulasi, dan tega melukai hati Aisyah demi menutupi perbuatannya. Rasa cinta yang awalnya menjadi pengikat, justru berubah menjadi sumber luka paling dalam.
Luka yang Menggugah Simpati
Film ini tak sekadar menampilkan perselingkuhan sebagai drama rumah tangga, melainkan juga bagaimana seorang wanita harus berjuang menghadapi kenyataan pahit. Aisyah digambarkan rapuh, tetapi sekaligus tangguh dalam mencari jawaban: bertahan demi cinta atau melepaskan demi harga diri.
Luka yang dialaminya bukan hanya persoalan pribadi, tetapi juga menjadi potret sosial tentang bagaimana pengkhianatan bisa meninggalkan trauma panjang, tidak hanya bagi pasangan, tetapi juga lingkungan sekitar.
Dosa dan Pertaruhan Hati
La Tahzan Cinta juga memberi ruang bagi penonton untuk melihat sisi lain dari pelaku perselingkuhan. Farid, dalam segala keterpurukannya, diposisikan sebagai pria yang terjebak dalam dosa dan ego. Ia tahu bahwa perbuatannya salah, tetapi tetap terjerat oleh godaan yang sulit dilepaskan.
Di titik inilah film berusaha menyampaikan pesan moral: bahwa perselingkuhan bukan hanya persoalan cinta, melainkan juga pilihan yang mengandung konsekuensi dosa, baik di mata manusia maupun agama.
Pesan dari Kisah Viral
Sebagai film yang lahir dari kisah nyata yang sempat viral, La Tahzan Cinta mencoba mendekatkan diri dengan penonton masa kini. Banyak orang mungkin menemukan potongan kisah mereka dalam film ini—baik sebagai korban yang terluka, pelaku yang menyesal, atau saksi yang hanya bisa memberi nasihat.
Pesan yang paling kuat adalah ajakan untuk bangkit, memaafkan, dan menemukan arti “la tahzan” (jangan bersedih) dalam setiap ujian kehidupan.