Setelah sukses mencuri perhatian lewat Barbarian (2022), sutradara Zach Cregger kembali dengan proyek ambisius berjudul Weapons. Sejak diumumkan, film ini langsung menimbulkan rasa penasaran, terutama karena dibalut dalam genre horor psikologis dengan pendekatan yang berbeda. Weapons bukan sekadar film horor biasa, melainkan sebuah eksperimen naratif yang menyingkap sisi tergelap manusia melalui cerita penuh lapisan.
Plot Misterius yang Mencekam
Weapons berangkat dari sebuah kejadian tragis yang terjadi di sebuah kota kecil di Amerika. Peristiwa itu menjadi titik awal rangkaian kisah yang diceritakan lewat potongan-potongan peristiwa, dengan karakter yang saling terhubung. Film ini tidak menampilkan alur lurus, melainkan puzzle naratif yang menuntut penonton untuk merangkai sendiri potongan kisah yang berserakan.
Di balik judulnya yang sederhana, Weapons ternyata menyoroti beragam “senjata” dalam hidup manusia—bukan hanya benda fisik, melainkan juga ego, ambisi, hingga rahasia kelam yang bisa menghancurkan siapa pun.
Atmosfer Horor yang Menekan
Cregger kembali memperlihatkan keahliannya membangun atmosfer horor tanpa harus mengandalkan jump scare murahan. Ia bermain dengan ketegangan psikologis, adegan sunyi yang penuh tanda tanya, serta perasaan tidak nyaman yang terus mengintai sejak menit pertama.
Sejumlah adegan dibuat seolah tidak memberi jawaban, namun justru meninggalkan rasa gelisah berkepanjangan. Inilah yang membuat Weapons terasa lebih sebagai pengalaman emosional ketimbang sekadar tontonan horor.
Performa Pemeran yang Menyala
Deretan aktor muda seperti Pedro Pascal, Julia Garner, dan Josh Brolin (jika masuk dalam versi final cast) memberi nyawa pada film ini. Mereka menampilkan karakter dengan sisi rapuh, penuh konflik, dan terkadang tidak terduga. Energi mereka membuat cerita yang ruwet tetap terasa hidup dan tidak kehilangan fokus.
Tema Gelap dengan Lapisan Kritik Sosial
Lebih dari sekadar film horor, Weapons membawa penonton pada refleksi tentang kekerasan, trauma, dan bagaimana masyarakat modern kerap menjadi “senjata” bagi dirinya sendiri. Film ini menyinggung isu sosial yang relevan, termasuk budaya kekerasan dan hubungan rapuh antarindividu di era sekarang.
Cregger tampaknya ingin mengingatkan bahwa horor sejati tidak selalu datang dari hantu atau monster, melainkan dari manusia sendiri.