0 Comments

Jakarta, 30 Mei 2025 – Satu lagi tonggak sejarah perfilman Indonesia berhasil ditorehkan. Film JUMBO, karya terbaru dari sutradara Hanung Bramantyo, resmi menembus angka 10 juta penonton hanya dalam waktu 29 hari penayangan. Capaian ini menjadikannya film lokal ketiga yang menembus rekor dua digit dalam jumlah penonton, sekaligus mengancam posisi film horor legendaris KKN di Desa Penari sebagai film terlaris sepanjang masa.

Dari awal, JUMBO memang sudah menuai sorotan berkat kombinasi genre drama keluarga, fiksi ilmiah ringan, dan sentuhan sosial yang menyentuh. Namun tak banyak yang menduga bahwa film ini akan menjelma menjadi fenomena box office.


Menanjak Cepat, Tanpa Gimmick Murahan

Dari hari pertama, JUMBO mencatat lebih dari 300.000 penonton, lalu terus merangkak naik dengan stabil. Tanpa sensasi murahan, film ini justru menarik perhatian lewat kekuatan cerita dan kualitas produksi.

“Kami tidak mengejar angka, tapi kami bersyukur. Yang luar biasa adalah respons penonton yang datang berulang kali, bahkan bawa keluarga besar,” ujar Hanung Bramantyo saat ditemui di konferensi pers, Kamis (30/5).

Dengan total 10.018.324 penonton per Jumat pagi, JUMBO kini hanya berjarak sekitar 800 ribu penonton dari rekor fenomenal KKN di Desa Penari (10,2 juta). Tren penjualan tiket saat ini menunjukkan bahwa selisih itu sangat mungkin terlampaui dalam waktu kurang dari dua pekan — apalagi momentum libur sekolah sebentar lagi datang.


Cerita Sederhana, Emosi Mendalam

JUMBO berkisah tentang seorang anak laki-laki bernama Bara yang menjalin hubungan emosional dengan seekor gajah cerdas yang bisa “berkomunikasi” secara unik. Cerita bergulir saat Bara dan sang gajah menghadapi ancaman pemindahan habitat, konflik keluarga, hingga intrik korporasi yang ingin mengeksploitasi binatang tersebut.

Walau terdengar fiksi, film ini justru tampil menyentuh lewat pendekatan emosional yang membumi. Penonton dibuat menangis, tertawa, dan merenung – semuanya dalam satu kemasan visual yang mengesankan.


Dukungan Penonton Jadi Kunci

Yang membedakan JUMBO dari film-film blockbuster sebelumnya adalah daya sebar yang datang dari komunitas penonton itu sendiri. Kampanye “nonton rame-rame, bukan sekali” ramai di media sosial, dengan banyak penonton membagikan pengalaman emosional mereka di bioskop.

“Gue udah nonton tiga kali. Bukan karena gajahnya, tapi karena cerita ayah-anaknya bikin gue pulang ke rumah langsung peluk bokap,” tulis akun @fikriyz di X (dulu Twitter).

Tagar #JUMBO10Juta sempat bertengger di trending topic nasional selama dua hari berturut-turut. Sebuah bukti bahwa resonansi emosional yang tulus jauh lebih kuat dari sekadar bintang besar atau promo masif.


Selangkah Lagi dari Gelar Film Terlaris

Dengan pencapaian ini, JUMBO berpotensi menjadi film Indonesia paling sukses secara komersial dalam sejarah. Jika tren positif berlanjut, bukan tak mungkin film ini menyusul — atau bahkan melampaui — KKN di Desa Penari, yang sempat mendominasi bioskop pada 2022.

Tentu, pencapaian ini juga membuka harapan baru bahwa film keluarga dengan narasi kuat dan elemen lokal masih bisa berjaya di tengah serbuan konten luar negeri dan platform streaming.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts