London – Aktor berdarah Inggris-Malaysia, Henry Golding, mengungkapkan pandangan jujurnya mengenai kemungkinan memerankan tokoh legendaris James Bond. Dalam sebuah wawancara terbaru yang viral di media sosial, bintang Crazy Rich Asians dan Snake Eyes itu menyebut ide menjadi agen 007 bukan sebagai kehormatan semata, melainkan sesuatu yang “bisa berubah menjadi mimpi buruk.”
Pernyataan Golding ini mengejutkan banyak penggemar yang selama ini menjagokan namanya sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Daniel Craig. Namun di balik sorotan glamor dan spekulasi media, Golding justru menyoroti sisi lain dari peran ikonik tersebut: tekanan publik yang luar biasa dan ekspektasi global yang nyaris tak masuk akal.
“Itu Peran yang Mengubah Hidup… dan Bisa Menghancurkannya Juga”
Dalam sesi wawancara eksklusif dengan The Times UK, Golding mengaku bahwa sejak rumor mengaitkan dirinya dengan James Bond mencuat beberapa tahun lalu, hidupnya tak lagi sama. “Setiap langkah yang saya ambil dianalisis, setiap kata saya dimaknai lebih dari seharusnya,” katanya.
Ia melanjutkan, “Memerankan James Bond adalah kehormatan besar, tapi di saat yang sama bisa menjadi mimpi buruk jika kamu tidak siap secara mental. Itu bukan hanya soal akting — itu soal memikul identitas budaya yang telah mengakar selama enam dekade.”
Representasi dan Beban Harapan
Henry Golding memang sempat menjadi sorotan sebagai kandidat Bond dengan latar belakang multiras pertama. Banyak pihak memujinya sebagai simbol perubahan dan representasi yang lebih inklusif dalam dunia film. Namun, hal itu justru menjadi sumber tekanan tambahan.
“Saya bangga dengan warisan budaya saya,” ujar Golding. “Tapi ketika orang mulai menyematkan harapan kolektif pada satu nama, beban itu bisa sangat berat. Mereka tidak hanya ingin kamu jadi Bond yang baik, tapi juga simbol dari generasi baru. Itu bukan hal ringan.”
Golding pun menyentil media dan publik yang sering memanfaatkan rumor Bond demi sensasi, tanpa mempertimbangkan dampak personalnya. “Ada saat di mana saya bahkan tidak bisa menghadiri premier film tanpa ditanya soal Bond. Itu melelahkan.”
Penggemar Terbelah
Komentar Golding mengundang respons beragam. Sebagian penggemar justru semakin menghargai kejujuran dan kerendahan hatinya. “Dia realistis. Justru itu membuat saya ingin melihatnya jadi Bond,” tulis seorang pengguna X (dulu Twitter).
Namun, tak sedikit pula yang menilai komentarnya terlalu “defensif” dan mengindikasikan bahwa ia memang tak cocok dengan tekanan peran tersebut. “Jika dia sudah takut sebelum terpilih, bagaimana nanti saat sorotan global benar-benar datang?” kritik salah satu kolumnis hiburan Inggris.
Masa Depan James Bond Masih Teka-Teki
Sejak Daniel Craig resmi mundur usai No Time to Die (2021), spekulasi tentang pengganti James Bond belum kunjung reda. Nama-nama seperti Aaron Taylor-Johnson, Regé-Jean Page, Idris Elba, hingga Henry Cavill kerap muncul sebagai kandidat kuat.
Sementara itu, pihak EON Productions selaku pemegang lisensi Bond masih menutup rapat proses pemilihan aktor selanjutnya. Namun Barbara Broccoli, produser legendaris waralaba tersebut, pernah mengatakan bahwa karakter Bond selanjutnya harus memiliki “kedalaman emosi dan mampu membentuk ulang identitas Bond di era modern.”
Dengan pernyataannya yang jujur dan reflektif, Henry Golding tampaknya memilih untuk tetap fokus membangun karier di jalur yang lebih personal, alih-alih mengejar peran yang bisa mengubah hidup—baik ke arah yang lebih baik maupun sebaliknya.